Senin, 28 Maret 2011

kecelakaan kerja




2.1 Pengertian kecelakaan
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.7
Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.8
Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau pada waktu pekerjaan berlangsung.9
Oleh karena itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok, yakni: a). kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, b). kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.10
Bennett Silalahi dan Rumondang Silalahi menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.11
Adapun pengertian kecelakaan kerja menurut yang lazim berlaku di perusahaan-perusahaan Indonesia diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak diharapkan terjadi diperusahaan yang dapat menimbulkan penderitaan bagi pekerja.
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Kerja
Menurut Suma’mur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu :11
a. Faktor manusia meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat, kelelahan dan penyakit.
b. Faktor mekanik dan lingkungan.
Keadaan dan alat-alat kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kesalahan letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.
Menurut Benny dan Achmadi (1991) mengelompokkannya sebagai berikut2 :
1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment)
a. Faktor Kimia
Disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk golongan kimia dapat digolongkan kepada benda-benda mudah terbakar, mudah meledak dan lainnya.
b. Faktor Fisik
Misalnya penerangan yang cukup baik di luar ruangan maupun di dalam ruangan, panas kebisingan dan lainnya.
c. Faktor Biologi
Dapat berupa bakteri, jamur, mikroorganisme lain yang dihasilkan dari bahan baku proses produksi dan proses penyimpanan produksi, dapat juga berupa binatang-binatang pengganggu lainnya pada saat berada di lapangan atau kebun.
d. Faktor Ergonomi
Pemakaian atau penyediaan alat-alat kerja, apakah sudah sesuai dengan keselamatan kerja sehingga pekerja dapat merasakan kenyamanan saat bekerja. Ergonomi terutama dikhususkan sebagai perencanaan dari cara kerja yang baik meliputi tata cara bekerja dan peralatan.
e. Faktor Psikologi
Perlunya dibina hubungan yang baik antara sesama pekerja dalam lingkungan kerja, misalnya antara pimpinan dan bawahan.
2. Faktor Pekerjaan
a. Jam Kerja
Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat mengurangi kecelakaan kerja.
b. Pergeseran Waktu
Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
3. Faktor Manusia (human Factor)
a. Umur Pekerja
Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja. Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan yang dihadapinya.
b. Pengalaman Bekerja
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja. Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai
resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja akan mengakibatkan besarnya kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
d. Lama Bekerja
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman kerjanya.
e. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja dan kemampuan tubuh para pekerja.
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu kecelakaan adalah :3
1. Teori kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja.
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
2.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi perburuhan Internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut 7:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. terjatuh
b. tertimpa benda jatuh
c. tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh
d. terjepit oleh benda
e. gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. pengaruh suhu tinggi
g. terkena arus listrik
h. kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang dayanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin
1. pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
2. mesin penyalur (transmisi)
3. mesin untuk mengerjakan logam
4. mesin pengolah kayu
5. mesin pertanian
6. mesin pertambangan
7. mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut
b. alat angkut dan alat angkat
1. mesin angkat dan peralatannya
2. alat angkutan di atas rel
3. alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api
4. alat angkutan udara
5. alat angkutan air
6. alat angkutan lain
c. peralatan lain
1. bejana bertekanan
2. dapur pembakar dan pemanas
3. instalasi pendingin
4. instalasi listrik, termasuk motor listrik, tidak dikecualikan alat-alat listrik (tangan)
5. alat-alat listrik (tangan)
6. alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik
7. tangga
8. perancah (steger)
9. peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut
d. bahan-bahan, zat-zat dan radisai
1. bahan peledak
2. debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
3. benda-benda melayan
4. radiasi
5. bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut
e. lingkungan kerja
1. di luar bangunan
2. di dalam bangunan
3. di bawah tanah
f. penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut
1. hewan
2. penyebab lain
g. penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak memadai
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. patah tulang
b. dislokasi/keseleo
c. regang otot/urat
d. memar dan luka dalam yang lain
e. amputasi
f. luka-luka lain
g. luka dipermukaan
h. geger dan remuk
i. luka bakar
j. keracunan-keracunan mendadak (akut)
k. akibat cuaca
l. mati lemas
m. pengaruh arus listrik
n. pengaruh radiasi
o. luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya
p. lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
a. kepala
b. leher
c. badan
d. anggota atas
e. anggota bawah
f. banyak tempat
g. kelainan umum
h. letak lainnya yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut
2.4 Kecelakaan Kerja di Perkebunan
Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacat anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacat kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menemui ajal ketika tertimpa tandan buah segar (TBS).
Umumnya penyebab kecelakaan kerja adalah tempat kerja yang tidak aman seperti lokasi yang tidak rata menyulitkan memanen, lokasi kerja bersemak tempat bersemainya binatang berbisa jalan licin dan berlobang terpeleset. Serta budaya kerja kurang beradap seperti alat pelindung kerja tidak cukup atau tidak memenuhi standar keselamatan kerja dan perilaku tidak mengindahkan kerja yang benar terutama akibat minimnya sosialisasi dan pelatihan kerja bagi buruh perkebunan. Dengan demikian di sektor perkebunan, potensi kecelakaan kerja cukup tinggi.6
Sedangkan penyebab kecelakaan kerja di perkebunan umumnya disebabkan oleh :
1. Lingkungan kerja fisik oleh pemakaian alat/mesin (suar, panas, sinar, dan lain-lain)
2. Lingkungan kerja kimia oleh pemakaian bahan kimia (pupuk, pestisida, dan lain-lain)
3. Lingkungan kerja biologis oleh makhluk hidup (babi, tikus, landak, lalat anclylostoma, dan lain-lain)
4. Lingkungan kerja ergonomi oleh pemakaian alat yang tidak sesuai dengan keterbatasan kemampuan anatomi dan fisiologis tenaga kerja.
5. Lingkungan kerja umumnya disebabkan oleh suasana kerja, lokasi pemukiman jauh dari kota.
6. Human Error (sikap kerja (Sumber daya manusia) yang salah).
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada sektor kerja perkebunan adalah sebagai berikut :1
1. Pembukaan Lahan
Luka akibat pemakaian alat pertanian untuk pembukaan lahan seperti parang, babat, kampak, cidera akibat tertimpa pohon yang tumbang, serangan binatang buas dapat juga menimbulkan cidera sedangkan digigit ular dapat menimbulkan kondisi yang fatal akibat racun ular.
2. Pemeliharaan Tanaman
Pemakaian alat babat, cangkul, dodos, dan lain-lain dapat mengancam terjadinya kecelakaan kerja bila tidak dilaksanakan dengan sikap kerja yang kurang
hati-hati, luka oleh duri sawit juga merupakan ancaman bagi pekerja pemeliharaan tanaman sedangkan iritasi kulit dan keracunan bahan kimia dapat terjadi akibat pemakaian pestisida dan pupuk, malahan terjadi nekrose jaringan tubuh akibat kena tetesan pestisida yang pekat.
3. Panen
Kecelakaan akibat menggunakan alat panen yang tidak ergonomis terutama untuk lokasi yang dipanen cukup tinggi seperti penggunaan egrek dapat menyebabkan pemanen kena timpa buah yang dipanen.
4. Pengolahan
Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat pemakaian boiler, luka oleh cutting machine, jari terpotong oleh proses machine dan ancaman kecelakaan kerja oleh house keeping yang jelek seperti susunan barang hasil panen yang tidak teratur, tangga yang curam, lantai yang licin yang dapat menimbulkan tertimpa barang, terjatuh dari tangga dan terpeleset.
5. Gudang
Dapat juga terjadi kecelakaan kerja di gudang yang merupakan lokasi penyimpanan pupuk, bahan kimia dan lain-lain akibat house keeping yang jelek. Penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) harus diawasi dengan ketat untuk mencegah terjadinya kecelakaan untuk kebakaran.
6. Kabel Listrik
Kurang terpeliharanya kabel listrik (tegangan listrik) terutama dibangunan perusahaan dapat mengundang terjadinya kebakaran.
2.5 Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
1. Menurut Bennett NBS (1995) bahwa teknik pencegahan kecelakaan harus didekati dengan dua aspek, yakni :8
a. Aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, letak, dan sebagainya)
b. Aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan)
2. Menurut Julian B. Olishifski (1985) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja professional dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut :
a. Memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan
b. Memberikan alat pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam perusahaan tersebut
c. Memberikan pendidikan (training) kepada tenaga kerja atau karyawan tentang kecelakaan dan keselamatan kerja
d. Memberikan alat pelindung diri tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan.
3. Menurut Suma’mur (1996), kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan 12 hal berikut :
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan , pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarnisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri (APD)
c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipatuhi
d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan dan peralatan lainnya.
e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patalogis, faktor lingkungan dan teknologi dan keadaan yang mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, meliputi penelitian tentang pola-pola kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi.
h. Pendidikan
i. Latihan-latihan
j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersikap yang selamat
k. Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
l. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
2.6 Kerangka Konsep
Penyebab Kecelakaan
Jenis Kecelakaan Kerja
Sifat Luka
Letak Kelainan
PT. Socfindo
Kebun Seunagan
Kasus Kecelakaan Kerja
Pekerja


jenis jenis lampu listrik


A.    LatarBelakang
Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pad aawal abad XIX. Sejarah lampu pijar dapat dikatakan telah dimulai dengan ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta.Padatahun1802,SirHumphryDavy menunjukkan bahwa arus listrik dapat memanaskan seuntai logam  tipis hingga menyala putih. Lalu  pada tahun1820,Warren De laRue merancang s ebuah lampu dengan cara menempatkan  sebuah kumparan logam mulia platina  di  dalam  sebuah tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja harga logam platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan penemuan ini lebih lanjut. Elemen karbon juga sempat digunakan, namun karbon dengan cepat dapat teroksidasi di udara oleh karena itu, jawabannya adalah dengan menempatkan elemen dalam vakum.
Padatahun1870-an,  seorang penemu bernama Thomas Alva Edison dari  Menlo Park, Negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya pada bulan April 1879.Rancangan ini relative tidak praktis namun Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang dapat dipanaskan secara ekonomis dan efisien. Di tahun yang sama, Sir Joseph Wilson Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5 jam. Sebagian besar filament lampu pijar yang diciptakan pada saat itu putus dalam waktu yang sangat singkat sehingga tidak berarti secara komersial.Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali mencoba menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu hampa udara hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil menyalakan lampu yang mampu bertahan selama 40 jam.
1
B.     Tujuan dan manfaat penulisan
               Makalah ini saya susun dengan tujuan,yaitu:
1.      Untuk menambah wawasan mengenai ragam jenis lampu
2.      Untuk mengetahui komoponen – komponen pada lampu
3.      Untuk mengelompokkan macam –macam lampu
























2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lampu pijar

 Gambar lampu pijar
200px-Gluehbirne_2_db
magnify-clip
Lampu pijar dan filamennya yang sedang menyala.
Lampu pijar  adalah  sumber  cahaya  buatan  yang  dihasilkan  melalui  penyaluran  arus  listrik melalui  filamen  yang  kemudian  memanas  dan  menghasilkan  cahaya. Kaca  yang                                             menyelubungi  filamen  panas  tersebut  menghalangi  udara  untuk  berhubungan  dengannya sehingga  filament tidak  akan  langsung  rusak  akibat  teroksidasi.
Lampu  pijar  dipasarkan  dalam  berbagai  macam  bentuk  dan  tersedia  untuk  tegangan (voltase)  kerja  yang  bervariasi  dari  mulai  1,25 volt]  hingga  300 volt.
3
Energi  listrik  yang diperlukan  lampu  pijar  untuk  menghasilkan  cahaya  yang  terang  lebih  besar  dibandingkan dengan  sumber  cahaya  buatan lainnya seperti lampu pendar  dan dioda cahaya, mraka secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping  memanfaatkan  cahaya  yang dihasilkan,  beberapa  penggunaan  lampu  pijar  lebih memanfaatkan  panas  yang  dihasilkan,  contohnya adalah  pemanas  kandang  ayam,  dan pemanas  inframerah  dalam  proses  pemanasan  di  bidang  industri
Bola lampu listrik sebenarnya ditemukan pada tahun 1879 secara bersamaan antara Sir Joseph Wilson Swan dan Thomas Alva Edison. Pada tanggal 5 Februari 1879, Swan adalah orang pertama yang merancang sebuah bola lampu listrik. Dia memperagakan lampu pijar dengan filamen karbon di depan sekitar 700 orang, tepatnya di kota Newcastle Upon Tyne, Inggris. Namun, ia mengalami kesulitan untuk memelihara keadaan hampa udara dalam bola lampu tersebut. Di Laboratorium Edison – Menlo Park, Edison mengatasi masalah ini, dan pada tanggal 21 Oktober 1879, ia berhasil menyalakan bola lampu dengan kawat pijar yang  terbuat dari karbon yang terus menyala selama 40 jam, setelah melakukan percobaan- percobaan lebih dari 1.000 kali. Saat itu efikasi lampunya sebesar 3 lumen/watt.
31-Lampu-Pijar-1
Pada tahun 1913, filamen karbon lampu Edison diganti dengan filamen tungsten atau wolfram, sehingga efikasi lampu dapat meningkat menjadi 20 lumen/watt. Sistem ini disebut system pemijaran (incandescence).
4
Pada tahun yang sama bola lampu kaca yang tadinya dibuat berupa udara, kemudian diisi dengan gas bertekanan tinggi. Pada mulanya digunakan gas Nitrogen (N), setahun kemudian diganti dengan gas Argon (Ar) yang lebih stabil dan mempunyai sifat mengalirkan panas lebih rendah.
31-Lampu-Pijar-2
Pada riset lainnya ditemukan bahwa dengan membentuk filamen menjadi spiral, maka panas yang timbul menjadi berkurang, sehingga meningkatkan efikasi lampu. Untuk meningkatkan efikasi lampu pijar, filamennya dibuat berbentuk spiral. Dengan berkembangnya teknologi, produksi lampu pijar hingga kini masih berjalan, bahkan lampu pijar mempunyai berbagai macam tipe. Secara umum lampu pijar mempunyai cahaya berwarna kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab, sehingga cocok digunakan pada ruang-ruang berprivasi seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan dan toilet.
Lampu pijar ini mempunyai keunggulan antara lain :
+ Mempunyai nilai ”color rendering index” 100% yang cahayanya tidak merubah warna asli obyek;
+ Mempunyai bentuk fisik lampu yang sederhana, macam-macam bentuknya yang menarik, praktis pemasangannya;
+ Dan harganya relatif lebih murah serta mudah didapat di toko-toko;
+ Instalasi murah, tidak perlu perlengkapan tambahan;
5
+ Lampu dapat langsung menyala;
+ Terang-redupnya dapat diatur denga dimmer;
+ Cahayanya dapat difokuskan.
Sedangkan kelemahan lampu pijar antara lain:
- Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya hanya 10% dan sisanya memancar sebagai panas (400oC);
- Mempunyai efikasi rendah yaitu sekitar 12 lumen/watt;
- Umur lampu pijar relatif pendek dibandingkan lampu jenis lainnya (sekitar 1.000 jam);
- Sensitif terhadap tegangan;
- Silau.
Sudah lebih dari 1 abad manusia dapat menerangi kegelapan dengan lampu pijar ini yang kini telah mempunyai berbagai macam tipe pada GLS, antara lain :
a. Bohlam Bening
b. Bohlam Buram
c. Bohlam berbentuk lilin
d. Lampu Argenta
e. Lampu Superlux
f. Lampu Luster
g. Lampu Halogen
6

Lampu Bohlam Bening
Tabung gelasnya bening, tidak berlapis, sehingga dapat menghasilkan cahaya lebih tajam dibanding jenis lampu bohlam lainnya. Idealnya untuk penerangan tidak langsung, terutama dengan armatur tertutup dan lebih mementingkan cahaya terang.
31-Lampu-Pijar-31
Lampu Bohlam Buram
31-Lampu-Pijar-4
Lampu Berbentuk lilin
Lampu jenis ini biasanya digunakan untuk lampu hiasan atau lampu dekorasi kristal pada ruang tamu.
31-Lampu-Pijar-57
Lampu Argenta
Tabung gelas bagian dalam dari lampu argenta dilapisi serbuk lembut cahaya, sehingga distribusi cahayanya merata, lembut dan tidak silau. Lampu argenta mempunyai efikasi yang sama dengan bohlam bening.
31-Lampu-Pijar-6
Lampu Superlux
Lampu superlux merupakan perpaduan lampu bohlam bening dengan lampu argenta. Tiga perempat dari tabung gelas dilapisi serbuk tembus cahaya yang dihasilkan lampu ini sebagian besar didistribusikan ke bawah.
31-Lampu-Pijar-7
Lampu Luster
Lampu ini biasanya digunakan untuk dekorasi, karena warnanya bermacam-macam, dayanya rendah dan bentuknya ada yang bulat dan ada yang berbentuk lilin.
8
31-Lampu-Pijar-8
Lampu Halogen
Lampu Halogen dibuat untuk mengatasi masalah ukuran fisik dan struktur pada lampu pijar dalam penggunaannya sebagai lampu sorot, lampu projector,lampu projector film. Dalam bidang-bidang ini diperlukan ukuran lampu yang kecil sehingga sistem pengendalian arah dan fokus cahaya dapat dilakukan lebih presisi.  Lampu halogen bekerja pada suhu 2.800 oC jauh lebih tinggi dari kerja lampu pijar yang hanya 400 oC, karena adanya tambahan gas halogen, seperti iodium oleh karena itu, walaupun lampu halogen termasuk jenis lampu pijar tetapi mempunyai efikasi sekitar 22 lumen/watt.
31-Lampu-Pijar-9
Cahaya lampu halogen dapat memunculkan warna asli obyek yang terkena cahaya, karena cahaya yang dihasilkan lampu halogen umumnya lebih terang dan lebih putih disbanding cahaya lampu pijar (pada daya yang sama) lampu halogen pada umumnya ukuran fisiknya kecil, rumit pembuatanya sehingga harganya relatif lebih mahal dibanding lampu pijar dan neon.

9
31-Lampu-Pijar-1031-Lampu-Pijar-11


Konstruksi

Komponen  utama  dari  lampu  pijar  adalah  bola  lampu  yang  terbuat  dari  kaca,  filamen yang  terbuat  dari  wolfram,  dasar  lampu  yang  terdiri  dari  filament , bola  lampu,  gas pengisi,  dan  kaki  lampu.

Incandescent light bulb.svg
  1. Bola lampu
  2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
  3. Filamen wolfram
  4. Kawat penghubung ke kaki tengah
  5. Kawat penghubung ke ulir
  6. Kawat penyangga
  7. Kaca penyangga
  8. Kontak listrik di ulir
  9. Sekrup ulir
  10. Isolator
  11. Kontak listrik di kaki tengah
10

Gas pengisi

Pada  awalnya  bagian  dalam  bola  lampu  pijar  dibuat  hampa  udara  namun  belakangan  diisi dengan  gas  mulia  bertekanan  rendah  seperti  argon , neon , kripton,  dan  xenon  atau  gas yang  bersifat  tidak  reaktif  seperti  nitrogen  sehingga  filamen  tidak  teroksidasi. Konstruksi lampu  halogen  juga  menggunakan  prinsip  yang  sama  dengan  lampu  pijar  biasa perbedaannya  terletak  pada  gas  halogen  yang  digunakan  untuk  mengisi  bola lampu.

Kaki lampu

Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison) dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.

Operasi

Pada  dasarnya  filament  pada  sebuah lampu pijar adalah sebuah resistor. Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum 3700 derajat Kelvin.  Ini menyebabkan warna cahaya yang dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning kemerahan. Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang kasatmata.Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai antara 0 sampai 100. Angka 100 artinya warna benda yang disinari akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna lampu pijar mendekati 100.




11

300px-Filament
magnify-clip
Foto yang sangat diperbesar dari filamen lampu pijar 200 Watt.

Lampu putus

Karena temperatur kerja filamen lampu pijar yang sangat tinggi, lambat laun akan terjadi penguapan pada filamen. Variasi pada resistansi sepanjang filamen akan menciptakan titik-titik panas pada posisi dengan nilai resistansi tertinggi. Pada titik-titik panas tersebut filamen wolfram akan menguap lebih cepat yang mengakibatkan ketebalan filamen akan semakin tidak merata dan nilai resistansi akan meningkat secara lokal; ini akan menyebabkan filamen pada titik tersebut meleleh atau menjadi lemah lalu putus.Variasi diameter sebesar 1% akan menyebabkan penurunan umur lampu pijar hingga 25%.
Selain menyebabkan putusnya lampu, penguapan filamen wolfram  juga  menyebabkan penghitaman lampu. Elemen wolfram yang menguap pada lampu  pijar  akan mengendap pada dinding kaca bola lampu dan membentuk efek hitam.  Lampu halogen menghambat proses ini dengan proses siklus halogen.


12

Efisiensi

Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan efikasi luminus  adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam satuan lumen per Watt.Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi  panas dan hanya 10% yang dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata.
Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar 100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5 lumen per Watt.Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380 lumen  atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih "ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia sangatlah peka.Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar radiasi inframerah.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.
Jenis
Efisiensi lampu
lumen/Watt
Lampu pijar 40 Watt
1.9%
12.6
Lampu pijar 60 Watt
2.1%
14.5
Lampu pijar 100 Watt
2.6%
17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal
7.0%
47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal
14%
95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm (hijau) ideal
100%
683
13
2.2 Lampu pendar
Lampu pendar adalah salah satu jenis lampu lucutan gas yang menggunakan daya listrik untuk mengeksitasi uap raksa.Uap raksa yang tereksitasi itu menghasilkan gelombang cahaya ultraungu yang pada gilirannya menyebabkan lapisan fosfor berpendar dan menghasilkan cahaya kasatmata. Lampu pendar mampu menghasilkan cahaya secara lebih efisien daripada lampu pijar.
Leuchtstofflampen-chtaube050409

Berbagai jenis lampu pendar.
Lampu pendar dikenal dalam dua bentuk utama. Yang pertama berbentuk tabung panjang atau yang umum dikenal dengan lampu TL (tubular lamp) atau lampu neon dan yang kedua berukuran lebih kecil dengan tabung ditekuk menyerupai spiral, umum disebut dengan sebutan lampu hemat energi (LHE).


14
Karena lampu pendar memiliki efisiensi lebih tinggi daripada lampu pijar, pemerintah Indonesia pernah mencanangkan program penggantian lampu pijar dengan lampu pendar secara gratis.Namun seiring dengan kemajuan teknologi, efisiensi pencahayaan dioda cahaya atau lebih dikenal dengan lampu LED mulai setara dengan efisiensi pencahayaan lampu pendar walaupun harus dalam kondisi tertentu.

Penelitian awal

Compact-Fluorescent-Bulb

Lampu pendar jenis LHE yang tabungnya berbentuk spiral.
Fenomena pendaran (fosforesens) pada beberapa jenis batu dan material lain selama ratusan tahun, bahkan sebelum dipahami cara kerjanya. Sejak pertengahan abad XIX, eksperimen memperlihatkan suatu nyala terjadi dari bejana kaca hampa udara yang dilewati arus listrik. Penjelasan pertama kali dilakukan sekitar tahun 1845 oleh ilmuwan berkewarganegaraan Inggris, Sir George G. Stokes dari Universitas Cambridge. Dia menamakan fenomena ini sebagai fluorescence dari kata flourite, yaitu nama sebuah mineral yang dapat berpendar. Penjelasan ini berdasarkan sifat alamiah listrik dan fenomena cahaya yang dikembangkan pada tahun 1840an oleh Michael Faraday dan James Clerk Maxwell, keduanya ilmuwan dari Inggris.


15
Pada tahun 1857, seorang ilmuwan dari Perancis, Alexandre E. Becquerel menginvestigasi dua macam fenomena pendaran (fosforesens dan fluoresensi .Dia berteori tentang pembuatan tabung pendaran serupa dengan yang dibuat pada masa kini.Becquerel bereksperimen dengan melapisi tabung vakum dengan material yang dapat berpendar dan kemudian menjadi dasar pengembangan lampu pendar selanjutnya.

Lampu generasi awal

Lampu pendar pertama dipatenkan dengan dokumen  paten  U.S. Patent No. 889,692 pada tahun 1901 oleh Peter Cooper Hewitt (1861-1921), seorang berkebangsaan Amerika Serikat.Lampu pendar tersebut bekerja dengan uap raksa tekanan rendah dan adalah prototipe pertama dari lampu pendar masa kini.[7] Lampu tersebut digunakan untuk studio fotografi dan industri.
Pada tahun 1927, Edmund Germer, Friedrich Meyer, dan Hans Spanner mematenkan lampu dengan uap bertekanan tinggi dengan U.S. Patent No. 2,182,732 dan berikutnya George Inman bekerja sama dengan General Electric (GE) untuk membuat lampu pendar yang praktis. Lampu tersebut pertama dijual pada tahun 1938 dan dipatenkan pada tanggal 14 Oktober 1941 dengan U.S. Patent No. 2,259,040. Paten inilah yang kemudian dianggap menjadi dasar dari pembuatan lampu pendar modern.Sedangkan lampu hemat energi (LHE) masa kini pertama dikembangkan oleh Edward E. Hammer, seorang insinyur dari General Electric saat terjadi krisis energi tahun 1970an. Walaupun pihak pimpinan GE menyukai rancangan tersebut, mereka memutuskan untuk tidak memasarkannya pada saat itu karena LHE membutuhkan fasilitas produksi baru yang akan memakan biaya $25 juta.Rancangan lampu tersebut pada akhirnya bocor dan disalin oleh pihak-pihak lain.
Pada tabel di bawah ini terdaftar tingkat efisiensi pencahayaan beberapa jenis lampu pijar biasa bertegangan 120 volt dan beberapa sumber cahaya ideal.


16
Jenis
Efisiensi lampu
lumen/Watt
Lampu pijar 40 Watt
1.9%
12.6
Lampu pijar 60 Watt
2.1%
14.5
Lampu pijar 100 Watt
2.6%
17.5
Radiator benda hitam 4000 K ideal
7.0%
47.5
Radiator benda hitam 7000 K ideal
14%
95
Sumber cahaya monokromatis 555 nm (hijau) ideal
100%
683
Karena efisiensi lampu pijar yang sangat rendah, beberapa pemerintah negara mulai membatasi peredaran lampu pijar. Contoh negara-negara yang mulai membatasinya adalah Australia, Amerika Serikat Brasil Inggris Raya, Irlandia, Kanada, Kuba  Selandia Baru  Swiss , Uni Eropa dan Venezuela.

2.3 Neon Sign (Lampu Tabung)

Menjelang  akhir  abad ke-19,  George  Claude,  seorang ilmuwan Perancis malakukan percobaan-percobaan dengan membuat busur antara dua elektroda dalam sebuah pembuluh pipa vakum dengan diisi gas neon.
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-117
Bila pada kedua elektroda dipasang tegangan yang tinggi, maka terjadi suatu cahaya merah yang dalam. Oleh karena didalam tabung diisi dengan gas neon, lampu tabung ini sering disebut juga lampu neon. Pengisian pada tabung dengan jenis gas-gas yang lain dapat menghasilkan beraneka warna-warni cahaya, sehingga lampu ini banyak digunakan untuk keperluan hiasan dan iklan. Perkembangan jenis lampu tabung ini terjadi sekitar tahun 1950-an, yaitu dibuatnya lampu-lampu pelepas gas merkuri dan sodium. Berbeda dengan jenis lampu pijar, lampu tabung tidak menghasilkan cahaya dari filamen pijar, tetapi melalui proses eksilasi gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung gelas. Warna dari cahaya yang dipancarkan bergantung pada jenis gas atau uap logam yang terkandung di dalam tabung. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-2
 2..4 Lampu Fluoresen / TL
Konstruksi lampu fluoresen terdiri dari tabung gelas berwarna pustih susu, karena dinding bagian dalam tabung dilapisi serbuk pasphor. Bentuk tabungnya melingkar ada yang mamanjang dan melingkar. Jenis lampu ini di dalam tabung gelas mengandung gas yang menguap bila dipanasi. Cara kerja lampu fluoresen adalah sebagai berikut (perhatikan gambar a, b, dan c).
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-3
18
Keterangan :
1. Tabung Bola berisi gas argon (starter)
2. Kontak-kontak metal
3. Rangkaian C filter
4. Filamen tabung / elektroda
5. Tabung
6. Balast
7. Capasitor kompensasi
8. Sumber tegangan arus bolak-balik
Tegangan sumber yang normal tidak akan cukup untuk mengawali pelepasan muatan elektron diantara elektroda tanpa bantuan balast dan ”starter”. Bila sumber listrik disambung, maka ada beda tegangan antara kontak-kontak bermetal A dan B. Oleh karena didalam ”tabung” bola terdapat gas argon, maka terjadi loncatan elektron di antara kontak-kontak bermetal A dan B (timbul bunga api di dalam tabung bola antara kontak A dan B), sehingga bimetal panas dan kotak A dan B terhubung.
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-4
19
Dengan terhubungnya A dan B, maka tidak ada loncatan elektron pada gas argon (starter padam), sehingga suhu didalam tabung bola dingin kembali dan bimetal kontak A dan B lepas. Pada saat inilah terjadi tegangan induksi yang tinggi dari balast dan tabung panjang mengeluarkan cahaya. Keadaan ini bisa terjadi berulang-ulang. Terjadinya tegangan induksi yang tinggi membuat tegangan antara kedua elektroda di dalam tabung panjang menjadi tinggi. Hal ini akan meningkatkan gerakan elektron bebas dalam tabung dan menabrak elektron gas yang lentur.
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-532-Neon-Sign-Lampu-Tabung-6
Dari gambar diatas terlihat proses gerakan elektron dari katoda dengan kecepatan tinggi menabrak elektron gas, sehingga menimbulkan radiasi cahaya. Kapasitor diantara kontak A dan B berfungsi sebagai filter, sedangkan kapasitor yang tersambung pada jala-jala berfungsi untuk memperbaiki faktor daya. Warna cahaya yang dihasilkan oleh lampu tabung tergantung dari gas yang digunakan. Misalnya gas neon mengeluarkan cahaya oranye, putih dan kemerahmerahan.
Gas hidrogen mengeluarkan cahaya pink (merah jambu).
Kelebihan lampu fluoresen antara lain :
+ Mempunyai efikasi lebih tinggi daripada lampu pijar, sehingga lebih ekonomis
+ Cahaya yang dipancarkan lebih terang daripada lampu pijar pada daya yang sama
+ Durasi pemakaian lebih lama 8.000-20.000 jam
Sedangkan kekurangannya antara lain :
20
- mempunyai CRI (Color Rendering Index) yang rendah
- efek cahaya dihasilkan terhadap objek terlihat tidak seperti warna aslinya.
 2.5 Lampu Hemat Energi
Kini terdapat lampu neon jenis terbaru yang mempunyai komponen listrik yang terdiri dari balast, starter dan kapasitor kompensasi yang terpadu dalam satu kesatuan. Lampu teknologi baru ini disebut sebagai ”Compact Fluorescence” dan beberapa produsen lampu menyebutnya sebagai lampu SL dan PL. Pada dasarnya lampu hemat energi merupakan lampu fluoresen dalam bentuk mini, yang dirancang strukturnya seperti lampu GLS. Lampu ini dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran, sehingga dapat dipasang pada suatu fitting lampu pijar. Gambar disamping menunjukkan tiga jenis lampu hemat energi dari suatu produk yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Lampu hemat energi yang berbentuk lubang akan memancarkan cahaya radial. Sedangkan yang  berbentuk huruf D ganda datar akan memancarkan cahaya ke arah atas dan ke bawah.
Keunggulan lampu hemat energi adalah :
+ penggunaan daya listrik lebih efisien dibanding lampu GLS (sebagai contoh sebuah lampu hemat energi 8 watt akan memberikan daya keluaran yang sama dengan lampu GLS berdaya 40 watt).
+ Mempunyai rentang usia pemakaian yang lebih panjang, yaitu sekitar 8 kali usia pemakaian lampu GLS.




21
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-7
Kekurangan lampu hemat energi antara lain:
- Untuk menyala dengan cahaya normal, memerlukan waktu beberapa menit.
- Lampu ini tidak dapat diatur redup-terangnya dengan saklar pengatur (dimmer).
- Harganya relatif lebih mahal.
2.6 Lampu Reklame
Lampu reklame dirancang untuk membuat daya tarik orang. Bentuknya bisa bermacam-macam, besar / kecil, berbentuk huruf atau gambar, dan cahayanya berwarna-warni. Tabung kaca dibentuk melalui proses pemanasan pada suhu tertentu di tungku pemanas, sehingga bisa sesuai dengan bentuk yang dikehendaki. Setiap bentuk tabung, masing-masing ujungnya dipasang sebuah elektroda dan diinjeksikan suatu jenis gas tertentu untuk menghasilkan efek warna cahaya yang dikehendaki. Gas neon akan memberikan efek warna merah, gas argon memberikan cahaya warna hijau atau biru, dan gas hidrogen memberikan efek warna cahaya merah muda. Ukuran diameter tabung ada beberapa macam, dan masing-masing ukuran tabung memiliki kemampuan untuk dialiri arus listrik. Beberapa ukuran tabung yang sering digunakan antara lain seperti tabel berikut ini :

22
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-8
Untuk menyalakan lampu reklame, beberapa bentuk tabung yang telah diisi gas, masing-masing elektrodanya disambung seri, kemudian ujung satunya dan ujung lainnya disambungkan ke belitan sekunder trafo tegangan menengah. Untuk menentukan tegangan trafo dan menghitung dayanya digunakan rumus :
32-Neon-Sign-Lampu-Tabung-9
Untuk gas neon tiap pasang elektrodanya, tegangan VE = 300 V, dan setiap tabung yang berdiameter 15 mm tegangan VT = 400 V/m. Pemasangan lampu reklame diatur pada bagian 8.26 PUIL 2000.
31-Lampu-Pijar-1031-Lampu-Pijar-11

 

 

23

2.7 Lampu Sodium

Lampu sodium juga sering disebut lampu natrium. Tabung gelas lampunya berbentuk U yang tahan terhadap cairam sodium. Berdasarkan tekanan kerja pada tabung, lampu sodium dibedakan menjadi dua macam, yaitu lampu sodium tekanan rendah (SOX) dan lampu sodium tekanan tinggi (SON). Masing-masing akan dibahas pada uraian berikut ini.
Lampu Sodium Tekanan Rendah
Tabung busur apinya berbentuk huruf U yang terbuat dari gelas khusus yang tahan terhadap bahan kimia sodium. Tabung U ini berada didalam tabung gelas luar bening (seperti gambar disamping). Ada dua jenis lampu sodium tekanan rendah, yaitu SOX yang mempunyai sebuah pegangan lampu dan SLI/H yang mempunyai pegangan lampu dengan pin ganda pada masing-masing ujungnya.
34-Lampu-Sodium-1
Keuntungan lampu sodium tekanan rendah antara lain :
+ Mempunyai efikasi yang tinggi;
+ Lebih efisien jika dibanding lampu merkuri;
+ Durasi pemakaiannya cukup lama + 40.000 – 60.000 jam

24
Sedangkan kekurangannya antara lain :
- Untuk menyala perlu waktu 6 sampai 11 menit;
- Pemasangan lampu tidak bebas (harus mendatar / horizontal);
- Kualitas pantulan warnanya kurang baik, karena warna cahaya yang dihasilkan merupakan warna monokromatik dari kuning.
- Memerlukan balast untuk menstabilkan tegangan.
34-Lampu-Sodium-2
34-Lampu-Sodium-3
Lampu Sodium Tekanan Tinggi (Natrium)
Tabung gelas lampu sodium ini berbentuk huruf U, dilengkapi dengan dua elektroda yang masing-masing mempunyai emiter. Di dalam tabung diisi dengan cairan natrium ditambah dengan gas neon dan 1% argon sebagai gas bantu.
25
 Lampu natrium yang mempunyai gas tekanan rendah bekerja pada suhu 270oC dengan tekanan uap jenuhnya + 1/3 atau untuk mempertahankan suhu kerja tersebut, maka tabung berbentuk U ditempatkan dalam sebuah tabung pelindung dari kaca lampu udara yang berfungsi sebagai isolasi panas.
34-Lampu-Sodium-4
Lampu natrium banyak di gunakan untuk penerangan ruang terbuka dan penerangan jalan raya.
Rangkaian dasar untuk mengendalikan lampu sodium tekanan tinggi adalah sebagai berikut:
34-Lampu-Sodium-7

2.8 Lampu LED

Lampu LED memiliki lifespan lebih dari  35.000 jam, bandingkan dengan lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) yang hanya 6.000 jam. Perhatikan kotak lampu CFL, umumnya ditulis dengan pemakaian 4 jam sehari (jam 6 malam - jam 10 malam) lampu CFL tahan lebih dari 4 tahun (4 tahun x 365 hari x 4 jam =  5840 jam. Berarti dengan perhitungan yang  sama Lampu CFL akan tahan 24 tahun.Sekarang dari segi harga, harga Lampu CFL kualitas bagus 8 Watt adalah sekitar Rp. 28,000. Harga lampu LED 3 Watt adalah sekitar Rp. 120.000. Jadi harga lampu LED kurang lebih 4 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan lampu CFL sedangkan daya tahan lebih lama 6 kali.
26
Dengan penggunaan energi yang lebih kecil, penawaran yang sangat menarik. Lampu CFL 8 Watt setara dengan lampu LED 3 Watt. Standar lampu CFL yang efisien memiliki 14 - 17 Lumens / Watt (Lumens adalah ukuran cahaya oleh mata manusia). Lampu LED memiliki 60 - 100 Lumens / Watt. Dengan lampu LED 3 Watt x 60 Lumens = 180 Lumens, 8 Watt CFL x 17 Lumes = 136 Lumens.LED (Light Emitting Diode)  dioperasikan dengan arus searah (Direct Current) 12 Volt. Lampu LED juga dapat dioperasikan menggunakan arus bolak balik (Alternating Current) 100 - 240 Volt (listrik untuk rumah). Untuk itu lampu LED memiliki sirkuit internal (konverter) untuk mengubah AC menjadi DC. Dari konversi tersebut timbul panas, karena hal tersebut di lampu LED AC umumnya anda dapat melihat adanya sirip-sirip pendinginLED kecil menggunakan arus yang kecil, dalam contoh di atas, lampu LED 3 Watt seukuran 2 milimeter x 2 milimeter.
Untuk ruangan yang membutuhkan penerangan yang lebih besar dibutuhkan cahaya yang lebih terang (Lumens).
 Untuk itu ukuran LED nya harus diperbesar, kekurangan dari semakin besarnya LED adalah panas yang dihasilkan. Solusi lainnya adalah memperbanyak LED kecil yang di paralel.




27
     BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
·         Lampu merupakan perpaduan daribeberapa komponen yang dapat menghasilkan cahaya .
·         Lampu di pasarkan dalam berbagai bentukyang bervariasi, sehingga menghasilkan cahaya yang di butuhkan.
·         Cahaya yang di hasilkan oleh lampu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat global .
Contohnya : di bidang industry, di bidang pariwisata dll.















28

DAFTAR PUSTAKA

Sumardjati, Prih dkk, 2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 131 – 136.
Sumardjati, Prih dkk, 2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 125 – 130.
Sumardjati, Prih dkk, 2008, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 141 – 144.
www.forum.o-fish.com











29